![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmh56DoDpVZGAXU4NEktp-YKxSjPmq84hYB_kzoOrZl2Bbb3aykW2YaqEelD8_AN96UPK_fxzLIC48A2d6j-NKe4zI0-MqJQrx964C-G9_A0OBGWdEhSVNbG4zmkyA4V4zpbkyot-kKrct/s320/doa-ibu2.jpg)
Dari sekian banyak orang yang sukses diatas ada salah satu ibu yang bisa saya jadikan sebagai ibu yang isnpiratif. Beliau adalah seorang guru TKIT di Solo bagian utara. Dari biodata saya baca beliau lulusan S1 tapi bersuami lulusan SD yang bekeja serabutan, dengan usaha utama peternakan burung. Pengahasilan dari Bapak tidak bisa diprediksi, karena tidak setiap hari ada orang yang membeli burung. Malahan kalau ada saudara atau teman yang kepincut, tanpa dibayar-pun direlakan untuk dibawa. Gaji ibu sebaga guru yang diterima setiap bulan rasanya sulit untuk disisihkan sebagian. Ibu mendapat tambahan rejeki dengan memberikan les pelajaran dan baca tulis Al Qur'an. Tapi memang rejeki datangnya dari Allah, dengan bermodal keyakinan bahwa insya Allah Beliau bisa untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya, jalan yang akan dilalui terasa mudah dan membahagiakan.
Memang, Si Ibu yang lebih berperan aktif dalam pendidikan anak. Setiap pagi ibu harus mengayuh sepeda onthel memboncengkan 2 anaknya untuk pergi ke sekolah sekalian bekerja. Bayangkan jarak yang ditempuh ibu ini begitu jauh, dari rumahnya di daerah Jajar mengantar putranya terlebih dahulu ke daerah Pabelan. Setelah itu dengan masih membawa putrinya yang masih TK, beliau menuju Banyuanyar untuk mengajar. Begitu hebat perjuangan beliau di jaman yang serba instan seperti sekarang ini.
Yang menjadi kebanggan Si Ibu adalah anak-anaknya tidak ada yang merasa minder ketika diantar memakai sepeda onthel, malahan dari prestasi yang diperlihatkan putranya selalu masuk 3 besar. Paling gemar dengan kegiatan membaca. Tahu keadaan orang tua sehingga sangat jarang mereka meminta sesuatu. Hapalannya sudah 3 juz yakni juz 28, 29, dan 30. Lebih dari itu, sejak 3 bulan terakhir anaknya sudah menjalankan puasa Daud. Uang jajan tidak dibiasakan oleh Bapak & Ibu. Mereka hanya diberi bekal makan siang dan sebotol air. Mereka sering mendapat uang saku dari saudara-saudara orang tua mereka, tetapi tidak untuk jajan. Uang tersebut mereka kumpulkan untuk dipergunakan membeli buku. Suatu hari, Si Anak ini sangat ingin membeli buku yang baru saja dilihatnya. Karena sudah lama tidak ada saudara yang memberi uang, tidak ada modal untuk membelinya. Dengan sangat terpaksa, ketika mau tidur, memberanikan diri meminta ibunya untuk membelikan buku dimaksud. Si Ibu sangat sedih sekali ketika beliau harus menjawab bahwa keadaan keuangan keluarga saat itu sangat tidak memungkinkan untuk membeli buku. Tetapi Si Ibu akan berusaha untuk membeli buku tersebut suatu saat nanti. Dengan anggukan penuh pengertian Si Anak bisa mengerti jawaban yang ia terima. Hingga ia tertidur lelap dan Si Ibu menangis sesenggukan karena tidak bisa memenuhi keinginan anaknya yang sangat jarang dia minta.
Jaman sekarang, sedikit sekali anak seusia kelas 6 SD yang bisa belajar mengerti tentang arti hidup di dunia. Satu nilai tambah bagi saya, bahwa saya harus men-syukur-i nikmat Allah yang diberikan kepada saya. Saya harus belajar kepada Si Ibu, bagaimana mengkondisikan keluarga menjadi tidak manja dalam menjalani hidup, bahwa sesuatu itu tidak begitu saja dapat diraih dengan mudah tanpa ada kemauan dan kerja keras.
0 comments:
Post a Comment