Pages

Seberapa tumpulkah otak kita

Pada suatu ketika terjadi debat kusir antara kusir Jepang, Amerika, dan Indonesia. Mereka membanggakan kehebatan masing-masing, mengenai tata kotanya yang bersih,kedisiplinan warganya, hingga kemajuan teknologinya. Kusir Indonesia jelas nggak pede dong kali melihat perbandingan tersebut. Tetapi kusir Indonesia punya senjat pamungkas untuk mengalahkan mereka. Hanya satu kata yaitu Otak. Kalau melihat perbandingan harga otak ketika dipajang di sebuah pameran Neurology di negara maju sungguh kebanggan bagi Kusir Indonesia, karena Otak orang Indonesia adalah otak termahal didunia. Otak orang Indonesia adalah otak paling original karena belum pernah dipakai.

Ada lagi satu lelucon. Ketika 3 orang sahabat, 1 dari Amerika, dan 1 dari Jepang sedang berlibur mengunjungi sahabat mereka yang tinggal di Indonesia. Pada suatu ketika mereka bertiga berkeliling-keliling kota menikmati keramaian dengan menumpang 1 becak. Betapa happy-nya mereka bertiga harus berbagi duduk dalam satu becak. Mereka bisa melepaskan kerinduan setelah lama tak bersua. Saking asyiknya mendengar keceriaan 3 sahabat, abang becak sampai terbawa suasana penuh semangat dalam mengayuh becaknya, kenceng....deh. Hingga ketika pada sebuah perempatan, rem cakram yang tidak terpasang tak bisa menghentikan laju becak dan akhirnya menabrak becak lain yang sedang melaju dengan kencangnya juga (untung bukan bus tuh). Walaupun terjadi tabrakan antara 2 becak, becak 3 sahabatlah yang paling parah. Ketiga sahabat harus dilarikan ke rumah sakit terkemuka untuk CT Scan...nah lo. Hasilnya; 2 orang dari luar negeri (Jepang & Amerika) mengalami Gegar Otak, Orang Indonesia yang paling parah lukanya karena berusaha jadi pahlawan ketika hendak tabrakan malah bebas dari gegar otak. Para dokter kebingungan, hingga memutuskan untuk me-rontgen seluruh badan. Ternyata, rahasia orang Indonesia tersebut tidak gegar otak karena otaknya tidak ada di kepala, tapi ada di DENGKUL.

Menyedihkan sekali kalau kita sebagai anak bangsa bernasib sama seperti yang dituduhkan dalam lelucon itu. Melalui bukunya bertajuk Brain Rules : Principles for Thriving at Work, Home and School (http://www.brainrules.net/). Buku yang ditulis oleh John Medina, salah satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi. Disini kita hanya mencoba menjenguk empat aturan dari 12 yang dipaparkan yakni;

Exercise Does Enhance Your Brain. Ya, berolahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif ternyata memberikan dampak yang sangat besar bagi kesehatan otak. Olahraga akan meningkatkan aliran oksigen ke otak, yang mengurangi otak yang terikat radikal bebas. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan berolahraga.
Walaupun ini sangat menohok saya, tetap saya sampaikan; Bahwa orang yang rajin olah raga setiap pagi selama 30 menit minimal 5 x dalam seminggu akan menajamkan otak daripada orang yang nyaris tidak pernah berolahraga dan pekerjaannya hanya duduk dikantor memelototi komputer. Jadi mulai sekarang yuk kita bersemangat untuk menghirup kesegaran pagi, agar otak tidak mati sebelum waktunya alias pikun.

Multitasking is a myth. Menduakan atau lebih pekerjaan itu hanyalah mitos. Sebab, menurut John Medina, otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel.
Itulah mengapa, mengemudikan mobil sambil ngobrol lewat ponsel langsung meningkatkan resiko kecelakaan hingga 9 kali lipat. Apalagi naik motor sambil dan mboncengin. Atau yang lain, misal kita harus mengerjakan pekerjaan kantor sambil buka facebook, pasti pekerjaan yang harusnya selesai dalam waktu 1 jam bisa molor hingga seharian.


Ten Minutes Attention Span. John Medina bilang, ketika mendengarkan presentasi, ceramah, kuliah, atau mendengarkan orang lain pidato, otak kita ternyata hanya bertahan untuk konsentrasi maksimal 10 menit. Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan. Jadi kalau ada orang yang memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal, kecuali ceramahnya menarik loh.
Ini bisa kita rasakan ketika kita masuk duduk dibangku sekolah, ketika gurunya nggak keren, nggak menguasai materi, dan nggak bisa kasih intermezo maka kita-kita asyik ngobrol sendiri. Yang lebih unik di Indonesia adalah ketika kumandag adzan sholat Jum'at selesai disambung dengan khutbah, dijamin nggak sampai 10 menit banyak kepala yang sangat khusyuk tertunduk....pules tidurnya. Oleh karena itu lebih efisein KULTUM deh bagi kita ya.

Classroom and cubicle are brain destroyers. Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut John Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.
Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, tidak kreatif, satu arah dan membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!). Ruang cubicle kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif/rutin juga berpotensi menumpulkan otak Anda.

Oleh karena itu carilah sekolah untuk anak kita yang membiasakan komunikasi aktif antara guru dan siswa. Lalu bagaimana dengan kita di kantor? Alhamdulillah yang saya rasakan di kantor bukan cubicle room, walau saya dan rekan menempati ruang terkotak-kotak, kami diber kebebasan untuk mengembangkan diri. Dengan prinsip "kerjakanlah yang kamu belum bisa, karena mengerjakan yang sudah bisa adalah biasa"

0 comments: