Pages

Sibuk...? Masa sih...

Sudah sekian lama saya tidak "ngudo roso" di blog ini. Begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Begitu penat otak ini, hingga untuk belajar nulis saja tidak sanggup ditorehkan. Begitu banyak pikiran hingga lupa menyisakan waktu untuk sekedar menengok blog kesayangan.Padahal kalo dipikir-pikir, setiap hari sudah connect ke dunia maya. Bisa buka ini itu. Bisa komentar di banyak forum. Bisa komentar di status FB teman. Bisa buka PTC (dapat berapa $ sekarang?). Bisa ngobrol via YM. Masa kayak gitu? Nggak produktif banget ya. Memang sih, tapi kalau cuma seperti di atas gak butuh waktu dan perjuangan keras seperti nulis. Cuma asal nulis sesuka hati tak perlu berpikir banyak. Apalagi FB dan Forum (maaf), kalau saya pikir lebih dalam tak beda jauh dengan tulisan asal-asalan di tembok sekitar terminal, tembok pos ronda, tong sampah dan lain-lain.

Kilas balik saja, semenjak akhir Mei sudah sibuk dengan urusan sekolah ananda tersayang. Umur sudah 3 tahun, saatnya untuk meninggalkan sekolah lama. Umur Nafis sudah harus masuk kelas yang lebih tinggi PG (Play Group). Tak terbayangkan susah dan senangnya hari-hari perpindahan sekolah tersebut. Bagaimana tidak, masa sekolah PAUD hampir tidak mengenal hari libur dan pulang awal. Adanya sekolah terus dan full day. Beda dengan sekarang di PG. Minggu Pertama sudah pulang jam 09.00 wib, Minggu kedua jam 10.00 wib, Minggu ketiga jam 11.00 wib. Dan baru Minggu keempat sudah fullday hingga jam 14.30 wib. Terus hubungannya apa? Yang jelas pusing-pusing-dan-pusing. Bagaimana tidak, setiap Nafis pulang sekolah pasti tak tempat lain yang ditujunya kecuali kantor bapaknya. Yang begitu dekat karena satu komplek. Begitu dingin karena ber-AC. Begitu nyaman karena sudah akrab dengan teman-teman bapaknya. Tak akan ada rasa lapar karena dekat dapur dan kantin koperasi. Tak akan capek karena ada sofa untuk tidur plus gulingnya. Oh hidup ini begitu nyamanya, mungkin begitu bayangnya. Ya, karena kalau pagi hari mau berangkat sekolah lebih memilih ke kantor daripada di PG. Untungnya kantor bapaknya itu tak kaku-kaku amat. Baru mulai buat laporan-laporan sudah minta susu. Ngetik laporan belum selesai, tambah lagi dong susunya. Tinggal finishing laporan, minta maem dulang (disuapi-red). Habis maem minta susu buat bobok. Baru kalau sudah angler (pules tidurnya-red), bapaknya bisa pegang tugas-tugas yang lain. Minggu-minggu tersebut sangatlah berat bagi bapaknya.

Tapi, selain kepusingan di atas sangatlah perlu Bapaknya melihat segi nikmat dan positifnya :

  1. Nikmatnya waktu ketika mengantar dan menjemput sekolah ananda tercinta sambil bersenda gurau, karena bagi sebagian orang yang super sibuk, waktu tersebut begitu mahalnya karena ketiadaan waktu kosong dalam menjalankan tugas kantor yang kaku dan disiplin ketat. Berangkat kerja ketika ananda masih tertidur lelap, pulang larut ketika ananda sudah bersenda gurau dengan mimpi indahnya.
  2. Banyaknya waktu untuk mencurahkan perhatian dan perkembangan anak sekolah juga menjadi barang mahal, karena pikiran lebih banyak tercurah dengan bagaimana menghasilkan keuntungan yang lebih besar, bagaimana mencapai posisi yang lebih tinggi, bagaimana bisa menjadi guru besar dan masih banyak lagi pikiran-pikiran strategis untuk dirinya sendiri dengan alasan untuk masa depan keluarga. Apakah tidak bertolak belakang...?


Memang kehidupan ini kata orang jawa "sawang sinawang". Orang yang punya waktu banyak untuk mencurahkan perhatian pada anaknya kadang-kadang merasa bosan dengan rutinitas tersebut, padahal bagi sebagian lain merasa betapa nikmatnya mempunyai banyak waktu bersama anaknya. Orang yang posisi pekerjaan biasa-biasa saja merasa sangat enak apabila sudah mencapai jabatan tertentu, padahal bagi mereka yang sudah duduk pada jabatan tertentu kadang merasa bosan dengan kehidupan tersebut karena harus banyak memeras otak untuk berpikir dan berpikir sesuai dengan porsi dan tanggung jawabnya yang besar, seringkali mereka tidak bisa bersantai dalam bekerja karena bersantai menjadi barang yang sangat mahal harganya. Jadi kehidupan ini seperti lingkaran setan, yang kecil berandai-andai jadi besar yang besar berandai-andai mempunyai waktu dan pikiran seluang yang kecil. Enaknya memang menjadi orang besar tetapi sesantai orang kecil atau orang kecil tetapi mempunyai fasilitas dan kemudahan seperti orang besar.

0 comments: