Pages

Saksi

Sore, 4 Maret 2009
Pukul 15.35 wib
Diliuar mendung sangat kelam, tetes air hujan sudah mulai berjatuhan. Saatnya menutup notebook kesayangan di atas meja kantor. Kulihat juga rekan-rekan seruangan sudah mulai berkemas juga, malah ada beberapa yang sudah kosong ditinggal empunya. Lagipula, bayangan si kecil yang sedang menunggu di teras sekolah terus bergelayut dalam otak. Apalagi istri sudah calling, tidak bisa jemput karena saat itu daerah disekitar kantornya sudah mulai hujan. Apa boleh buat....
Saat melipat kabel biar rapi, bos bilang, "Ndak ada yang nemenin aku nih ke bank?". Jam segini ke bank?...batinku. Aku tahu, saat ini "pejabat" di kantorku memang sedang mempersiapkan proyek besar demi kelangsungan hidup kantor dimana hampir 200-an orang pegawai tetap plus ratusan orang isidentil menggantungkan rejekinya disana. Padahal schedule yang telah disepakati dengan pihak bank, pertemuan ini akan sudah berlangsung pada pukul 14.00 wib. Koq molor? Memang harusnya saya mengerti sebagai salah satu "pejabat", tapi karena sejak awal sudah menjadi kewenangan pejabat keuangan, saya tahunya beres saja. Bentuk dukungan saya, yang menjadi tugas saya sudah saya laksanakan setelah itu "nderek kemawon". Apalagi kalau berhubungan dengan bank, saya harus banyak belajar dari beliau pejabat keuangan.
Daripada kami berdua saja yang berangkat ke bank, saya beritahu dan mengajak pejabat yang lain, yang masih kelihatan di ruangan tersebut. Walaupun saya tahu kesibukan beliau-beliau di akhir jam kerja. Pejabat yang satu memang lebih sibuk diwaktu sore daripada siang, karena koordinasi untuk anggota unit dibawahnya lebih komplit personel dan kegiatannya. Pejabat yang satunya lagi juga sibuk pada sore hari untuk bisnis pribadinya. Perkiraan saya benar kan? Ndak ada yang sempat untuk "pekerjaan besar" ini. Beliau-beliau lebih suka tahu beres dengan cerita esok paginya.


Pukul 15.45 wib
Suasana diluar mobil sudah riuh dengan bunyi lalu lalang dan klakson mobil dan motor penjemput anak-anak sekolah. Di dalam mobil kami duduk berempat, bukan 2 orang pejabat yang lain tetapi dengan 2 anak pejabat keuangan yang sekalian diantar pulang kerumah. Perjalanan dari kantor menuju bank sekitar 15 menit. Sampai di depan bank tak terlihat mobil bos besar diparkir, mungkin beliau terlambat untuk mengurus dulu putra-putrinya pulang sekolah. Kami berdua turun dari mobil dan masuk ke bank. Bak, pejabat gede kami diterima mulai dari security hingga bagian kredit. Saya tahu, pejabat keuangan kantor saya sudah "terkenal" bak selebritis di bank yang kami datangi ini. Di lobby bank, sambil menunggu kedatangan bos besar saya ambil koran dan mendengar obrolan pejabat keuangan dengan beberapa pegawai bank. Tak seberapa lama ada tamu masuk dan bersalaman dengan kami, beliau adalah notaris bank yang akan bertemua kami nantinya, kemudian beliau langsung masuk dan menunggu di ruangan dalam. Tak seberapa lama, bos besar yang kami tunggu datang beserta istri, bersalaman dan basa-basi dengan pegawai bank, kami berjalan menuju ruang khusus yang sudah disediakan.

Pukul 16.25 wib
Kami berempat serta 2 pejabat bank dan seorang notaris duduk mengelilingi meja agak bundar yang sudah disediakan 6 botol teh . Ruangan tersebut versekat kaca dengan ukuran sekitar 5 x 5 m berbatasan dengan ruang kepala kantor cabang. Acara dibuka...bla...bla...bla... Kemudian dibacakan akta notariel antara kami dengan pihak bank. Penjelasan singkat dari notaris yang masih muda diselingi dengan tanya jawab kejelasan isi perjanjian tersebut berlangsung relax. Tak terbayangkan nantinya, perjanjian ini mengikat kami sampai tahun 2020. Berarti umurku sudah 44 tahun kalau masih diberi umur panjang dan kesehatan oleh Allah. Amiin. (Ya Allah berilah hambamu ini panjang umur berkah dan manfaat bagi orang lain.)

Pukul 16.55 wib
Masih dalam ruangan yang sama. Acara tanda tangan dan paraf sudah dan sedang berlangsung oleh bos besar dan istri. By the way, istri beliau adalah caleg no. 3 anggota dewan pusat yang terhormat. Semoga beliau bisa mengemban amanah dan kepercayaan rakyat yang mencontrengnya di senayan sana nantinya. Amiin. Begitu banyak dokume yang harus ditandatangani. Saya tahu, bos besar kurang suka tanda tangan walau tanda tangan beliau itu simple dan sederhana. Karena kalau kebanyakan dokumen yang beliau tanda tangani, tanda tangannya tidak bisa sama...hi...hi...hi... Tanda tangannya memang simple dan sederhana, tetapi pendidikan beliau tidak sesederhana itu. Otak beliau canggih. Gelar di depan dan di belakang namanya menunjukkan bahwa beliau sangat berkompeten dengan dunia komputer dan pendidikan. Rajin nge-blog (http://wir.staff.uns.ac.id/) dan facebook walau saya sendiri belum menjadi tamunya. Insya Allah dalam kepemimpinan beliau, amanah yang kami ampu bisa berhasil dan manfaat bagi orang banyak. Acara kelar sampai pukul 17.14 wib. Kami berempat mendapat bingkisan souvenir berisi kalender hijriyah dan jam weker ala bank dan diantar para pejabat bank hingga pintu keluar.

Satu lagi pelajaran hidup dan curiculum vitae yang berharga saya petik pada hari ini. Disamping melebarkan tali silaturahmi dengan orang-orang baru, saya mendapat tambahan ilmu dalam proses perjanjian dengan bank.

0 comments: