Pages

Memang baik menjadi orang penting tetapi...

Ada kejadian lucu sekaligus memotivasi saya. Memang sudah lama banget saya mendengar cerita ini. Di kota kelahiranku di jalur utama masuk kota, ada sebuah dealer sepeda motor kecil tapi ramai. Suatu hari dealer kedatangan seorang pengunjung yang tidak enak kalau dipandang mata. Sudah tua, berpakaian kucel ala "ndeso", dan berbicara lugu. Si Bapak ini dilecehkan oleh bos dan karyawan dealer tersebut. Mereka memandang sebelah mata ketika melihat Si Bapak ini terkagum dan terpesona dengan motor bebek keluaran terbaru. Si Bapak memegang-megang dengan penuh rasa "ketakutan" dan hati-hati agar jangan sampai body motor tergores oleh tangannya yang sudah "ngapal" (keras kebanyakan bertani), ...bukan hanya "ngapal" tapi malah hampir menjadi "kapal tanker"...hiii...hiiii... Begitu juga Si Bos dan karyawan, dengan seksama dan penuh curiga mereka mengamati gerak-gerik Si Bapak. Mungkin mereka takut ada plastik pembungkus jok dan spion bergeser dari tempatnya. Mereka-pun tidak menanyakan maksud kedatangan Si Bapak ke dealer mereka. Setelah lihat-melihat beberapa seri terbaru, Si Bapak merasa cocok dengan salah satu motor tersebut. Dengan tidak pede dan lugu Si Bapak bertanya, "Berapa harganya Den?" Seorang karyawanpun menjawab dengan "tersenyum", "Mahal mBah". tanpa menyebutkan nominal rupiahnya. Malahan si Bos dealer sambil tersenyum menimpali, "Kalau simbah bisa beli cash/tunai 1 (satu) saja, saya kasih bonus, gratis-tis 1 (satu) motor lagi deh." Mendengar bonus yang sangat menarik, dengan santainya Si Bapak menuju meja kasir dan mengeluarkan segepok uang dari tas kreseknya (tas plastik hitam) yang lusuh. "Masih kurang nggak, mbak?" tanya Si Bapak. Semua pun terbengong dan gak bisa percaya dengan penglihatan mereka. Akhirnya dengan tersenyum simpul Si Bos menepati janjinya, bonus 1 motor dari pembelian cash tersebut. Malahan, Si Bos langsung menyuruh bagian pengiriman untuk segera mengirim sepeda motor dan mengantar Si Bapak pulang kerumah sekaligus "menyelidiki" siapa sebenarnya Si Bapak tersebut. Usut punya usut ternyata Si Bapak adalah salah satu petani tembakau sukses di daerah lereng merbabu. Entah benar atau tidak cerita tersebut, yang kita ambil adalah nilai postif dari kejadian tersebut. Bahwa menilai seseorang itu jangan dari luarnya saja.


Kebanyakan orang memang banyak yang memandang orang dari luarnya saja. Tampan, cantik, tinggi, putih, mulus, pokoknya yang berpenampilan perlente dan metropolis. Itulah modal awal seseorang menjadi terhormat, menjadi terlihat di hadapan orang lain. "Hukum" ini masih banyak berlaku di perkantoran, pertokoan, pasar, warung, sampai-sampai tempat ibadah-pun kadang kerasukan virus ini.

Demi mengejar modal ini, banyak orang yang berlomba-lomba memilikinya. Berlomba untuk mendapatkannya dengan cara yang santun dan halal pasti akan menjadi sebuah kebaikan yang patut ditiru. Tetapi kalau dengan menghalalkan segala cara agar lebih terhormat dalam pandangan manusia adalah sebuah kebodohan sekaligus dosa.

Bagi mereka yang tidak mempunyai "modal" ini, jangan berharap mereka diterima dengan "suka cita" malah mungkin "dicurigai" sehingga tidak hanya memandang sebelah mata tapi mengawasi gerak-geriknya, seperti yang dialami Si Bapak tadi.

Bagaimana jadinya kalau semua orang yang tidak ber"modal" tersebut diperlakukan begitu terus. Hati mereka mugkin banyak yang berontak, walaupun banyak juga yang nerimo ing pandung. Mereka yang berontak biasanya adalah orang yang sebenarnya mempunyai potensi untuk menjadi orang yang punya "modal" juga, tetapi karena kondisi sekitar dan lain hal mereka tidak mempunyai daya memperlihatkan potensi mereka. Mereka yang berpotensi akan mengejar impiannya dengan hal-hal yang baik dan insya Allah halal. Tapi, bagi mereka yang hanya ingin "terlihat bermodal" dihadapan orang lain tanpa punya potensi, kebanyakan akan mengambil jalan yang mungkin melenceng.

Tapi perlu di ingat ada pepatah londo It's nice to be important, but it's important to be nice, yang kalo saya terjemahkan dengan bahasa saya menjadi : Memang bagus menjadi orang penting, tetapi LEBIH PENTING menjadi orang yang bagus (baik).

0 comments: